Senjata tradisional Aceh bernama Rencong atau dalam bahasa setempat disebut Rintjong. Rencong adalah sebilah pedang pendek dengan gagang atau pegangan yang dibuat melengkung 90 derajat. Senjata tradisional ini telah ada semenjak masa Kesultanan Aceh pada kepemimpinan sultan pertamanya yakni Sultan Ali Mughayat Syah. Dahulunya rencong digunakan sebagai alat perlindungan diri bagi para pria bangsawan. Namun, kini ia lebih berfungsi sebagai pelengkap hiasan pakaian adat Aceh Ulee Balang. Karena kepopuleran Rencong, terkadang masyarakat dunia bahkan sampai menjuluki Aceh dengan sebutan "Tanah Rencong".
2. Senjata Tradisional Sumatera Utara
Orang Batak di Sumatera Utara memiliki senjata tradisional yang bernama Piso Gaja Dompak. Pisau ini adalah sebuah senjata berupa pisau dengan ukiran penampang berbentuk gajah pada bagian tangkai senjatanya. Piso Gaja Dompak dahulunya digunakan secara terbatas pada kalangan raja-raja Batak dan mulai ada sejak masa kepemimpinan Raja Sisingamaraja I. Kekuatan supranatural yang diyakini dimiliki oleh pisau ini membuat ia tidak dibuat secara masal dan hanya diwariskan secara turun temurun.
3. Senjata Tradisional Riau
Masyarakat Melayu Riau memiliki senjata tradisional yang bernama Pedang Jenawi. Pedang ini adalah sebuah pedang panjang yang bilahnya terbuat dari baja. Bentuk bilahnya sendiri lurus dan meruncing di bagian ujungnya. Pedang Jenawi dulunya digunakan para panglima perang Kerajaan Sriwijaya sebagai sarana perlindungan diri dan alat menyerang lawan. Keberadaannya kini mulai langka, padahal semakin banyak kolektor senjata tradisional yang selama ini terus memburunya. Selain Pedang Jenawi, sebetulnya ada beberapa senjata tradisional Riau lainnya yang tak kalah unik. Di antaranya yang tergolong senjata pendek seperti jembia, beladau, belati, keris, badik, dan sabit; serta senjata panjang seperti kojou, tombak, seligi, dan sundang.
4. Senjata Tradisional Sumatera Barat
Suku Minang di Sumatera Bara memiliki senjata tradisional yang bernama Karih. Karih adalah sebuah senjata berbentuk seperti keris tapi tidak memiliki lekuk-lekukan seperti keris di Jawa. Dahulunya, Karih digunakan untuk perlindungan diri dari musuh atau binatang buas saat para pria tengah bekerja. Ia diletakan diselipkan depan pinggang agar sewaktu-waktu mudah diambil. Untuk saat ini, karih biasanya hanya dikenakan para mempelai pria sebagai pelengkap pakaian adat yang dikenakannya.
5. Senjata Tradisional Kepulauan Riau
Dalam budaya masyarakat Kepulauan Riau, dikenal senjata tradisional yang bernama Badik Tumbuk Lado. Senjata ini berupa sebuah senjata tikam yang berukuran panjang antara 27 sd 29 cm dan lebar antara 3,5 sampai 4,0 cm. Dahulunya, badik tumbuk lado digunakan para pria sebagai pelengkapan berburu dan alat perlindungan diri. Namun, saat ini fungsinya telah beralih menjadi pelengkap pakaian adat Kepulauan Riau yang biasa dikenakan mempelai pria saat upacara pernikahannya.
6. Senjata Tradisional Kepulauan Bangka Belitung
Masyarakat Bangka Belitung sebetulnya memiliki beragam jenis senjata tradisional, hanya saja yang paling dikenal di kancah Nusantara adalah senjata yang bernama Siwar Panjang. Siwar Panjang adalah sebuah pedang lurus, rata, pipih dan ringan yang 2 matanya tajam seperti silet. Senjata yang sekilas mirip dengan Mandau khas suku Dayak di Kalimantan ini dulunya digunakan sebagai alat perang masyarakat Bangka saat melawan penjajahan merebut kemerdekaan.
7. Senjata Tradisional Jambi
Masyarakat Melayu Jambi juga memiliki senjata tradisional yang sama dengan senjata tradisional masyarakat Kepulauan Riau, yakni Badik Tumbuk Lado. Tak mengherankan, masyarakat kedua provinsi ini secara historis dan antropologis memang memiliki kedekatan budaya. Namun, antara badik Tumbuk Lado dari Jambi dan yang dari Kepulauan Riau terdapat sedikit perbedaan ciri khas. Badik tumbuk lado khas Jambi umumnya cenderung lebih pendek dan memiliki ukiran yang lebih banyak.
8. Senjata Tradisional Sumatera Selatan
Sumatera Selatan memiliki senjata tradisional yang bernama Tombak Trisula. Tombak ini berupa sebuah pedang kecil dengan mata tiga. Tombak Trisula diyakini berasal dari budaya Hindu dan Budha yang sempat berkembang di wilayah Kerajaan Sriwijaya di masa silam. Keyakinan ini didasari oleh kemiripan bentuk senjata tradisional ini dengan senjata tombak trisula milik Dewa Siwa dalam mitologi agama Hindu.
9. Senjata Tradisional Bengkulu
Ada 3 jenis senjata tradisional yang dikenal dalam budaya masyarakat Bengkulu. Ketiganya adalah Badik, Kuduk, dan Rudus. Badik adalah sebuah pisau kecil bermata satu yang digunakan sebagai sarana perlindungan diri. Kuduk adalah senjata tusuk tajam dengan ujung meruncing, ia juga disebut senjata Rambai ayam karena bentuknya seperti taji ayam Bangkok. Sementara Rudus adalah pedang panjang yang dulunya digunakan sebagai alat perang.
10. Senjata Tradisional Lampung
Masyarakat adat Lampung mengenal banyak ragam dan jenis senjata tradisional, seperti Candung (Golok), Kekhis (Keris), Badik, Lading (Pisau), dan Terapang. Kendati begitu, yang paling unik di antara semua senjata tradisional Lampung tersebut adalah Terapang. Terapang adalah senjata yang berwujud seperti sebulah keris dengan lekukan yang hanya sedikit, bahkan nyaris rata. Perlu diketahui bahwa, Terapang juga dikenal dalam budaya masyarakat Melayu di Provinsi lainnya.
11.
Senjata Tradisional Jawa Barat
Masyarakat
Sunda di Jawa Barat mengenal beragam perkakas senjata dalam kehidupannya
sehari-hari. Salah satu yang cukup dikenal adalah senjata tradisionalnya yang
bernama Kujang. Kujang diperkirakan mulai ada sejak awal abad 8 M. Ia dibuat
dari baja yang ditempa dan dilengkapi beragam bahan pamor. Panjangnya tidak
lebih dari 25 cm dengan berat sekitar 300 gr. Beberapa ahli meyakini kata
“Kujang" sejatinya berasal dari kata “Kudihyang”, kudi berarti Manusia dan
Hyang berarti Tuhan. Kujang sendiri sebetulnya secara struktur tidak
memungkinkan untuk dijadikan sarana perlindungan diri. Ia lebih menonjolkan
sisi estetisnya dibanding sisi praktisnya.
12. Senjata Tradisional Banten
12. Senjata Tradisional Banten
Masyarakat
Banten secara umum memiliki kedekatan budaya dengan masyarakat Sunda di Jawa
Barat. Oleh karena itu, beberapa simbol budaya antara keduanya juga banyak
kemiripan. Hal ini dapat dilihat dari jenis senjata tradisional yang digunakan
masyarakatnya di masa silam. Masyarakat Banten juga menggunakan Kujang sebagai
senjata tradisionalnya. Kujang khas Banten sama seperti Kujang yang berasal
dari Jawa Barat, baik secara struktur, bahan pembuatan, maupun dari sisi
fungsinya.
13. Senjata Tradisional Jakarta
Hingga saat ini, kita bisa melihat
kebiasaan masyarakat suku Betawi, utamanya para pria yang selalu menyelipkan
Golok di pinggang ketika memakai pakaian adatnya. Golok memang memiliki 2
fungsi dalam budaya Betawi, yang pertama sebagai aksesoris yang mempercantik
penampilan saat mengenakan pakaian adat, dan fungsi praktis sebagai senjata
tradisional. Golok khas Betawi memiliki satu bagian mata yang tajam. Sementara
satu bagian lainnya tidak tajam. Ia juga dilengkapi dengan serangka yang
dipakai pada saat golok tidak sedang digunakan. Senjata Tradisional Jawa Tengah
14. Senjata Tradisional Jawa Tengah
Selama ini, Suku Jawa di Jawa Tengah
mengenal Keris sebagai senjata tradisionalnya. Keris adalah sebuah senjata
tikam yang termasuk golongan belati. Bentuknya menyempit ke bagian ujung dengan
bilah yang berkelok-kelok. Beberapa keris memiliki serat-serat logam berwarna
cerah di bagian bilahnya yang berfungsi sebagai pamor untuk mempercantik
tampilannya. Selain itu, keris juga diyakini dapat diisi oleh kekuatan
supranatural tertentu untuk meningkatkan keampuhannya. Keris sejak 2005 lalu
telah terdaftar sebagai Warisan Budaya Dunia Non-Bendawi Manusia di UNESCO.
Senjata Tradisional Yogyakarta
15. Senjata Tradisional Yogyakarta
Masyarakat Kesultanan Ngayogyakarta
Hadiningrat secara antropologis memiliki budaya masyarakat Jawa Tengah.
Keduanya memang berasal dari satu suku yang sama yaitu Suku Jawa. Oleh karenanya,
senjata tradisional yang dikenal masyarakat Yogyakarta sama dengan senjata
tradisional yang dikenal masyarakat Jawa Tengah, yaitu Keris. Dalam budaya
masyarakat Yogyakarta, keris biasanya diselipkan di bagian belakang pinggang
bersama serangkanya yang penuh ukiran. Senjata Tradisional Jawa Timur
16. Senjata Tradisional Jawa Timur
Masyarakat Madura di Jawa Timur
memiliki senjata tradisional yang khas dan berbeda dengan senjata tradisional
suku-suku lainnya di Indonesia. Senjata tersebut bernama Celurit. Celurit
Madura secara praktis berfungsi sebagai alat pertanian yang membantu para
peternak Madura mencari pakan untuk sapi dan kerbaunya. Ia juga secara khusus
dapat berguna sebagai identitas status sosial masyarakat kaum pria dan sarana
perlindungan diri dari musuh atau binatang buas.
17. Senjata Tradisional Kalimantan
Barat
Masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan
Barat memiliki senjata tradisional yang bernama Dohong. Dohong adalah sebuah
mata tombak yang dapat pula digunakan sebagai pisau. Panjangnya sekitar 8 inch
dan dipercaya sebagai senjata tradisional Dayak yang paling tua. Jika digunakan
sebagai pisau, dohong akan dilengkapi dengan gagang bulat dan sebuah serangka
yang terbuat dari kayu. Dahulunya, Dohong digunakan sebagai senjata perang.
Namun kini ia lebih sering dipakai sebagai alat pemotong tali pusar bayi yang
baru lahir dan sebagai alat untuk menyembelih hewan korban. Dengan kegunaan
tersebut, Dohong saat ini umumnya hanya dimiliki oleh Pisur atau Ketua adat
Dayak. Senjata Tradisional Kalimantan Selatan
18. Senjata Tradisional Kalimantan
Selatan
Masyarakat suku Banjar di Kalimantan
Selatan memiliki senjata tradisional yang bernama Keris Bujak Beliung. Keris
Bujak Beliung adalah sebuah senjata berupa keris dengan 7 lekukan dangkal.
Sekilas, keris Bujak Beliung memiliki kemiripan dengan keris dari Jawa. Ia
dibuat dari baja dengan gagang dari kayu ulin. Senjata ini dulunya digunakan
sebagai alat perlindungan diri bagi seorang pria saat berburu dan sebagai alat
perang. Namun, fungsinya kini telah beralih sebagai pelengkap pakaian adat
tradisional yang dikenakan para mempelai pria saat pesta perkawinannya. Senjata
Tradisional Kalimantan Tengah
19. Senjata Tradisional Kalimantan
Tengah
Masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan
Barat selain mengenal Dohong, mereka juga mengenal Sumpit sebagai senjata
tradisionalnya. Sumpit adalah senjata yang digunakan dengan cara ditiup. Lebih
tepatnya, anak mata sumpit dimasukan ke dalam tangkai berlubang yang panjangnya
sekitar 1 sd 1,5 meter dan penggunaanya akan membidik sasaran lalu meniup
ujungnya hingga mata sumpit meluncur dengan kencang. Anak mata sumpit biasanya
akan dilengkapi dengan racun mematikan, terlebih jika ia digunakan dalam
perburuan. Pada perkembangannya, senjata tradisional ini juga biasa digunakan
dalam perang antar suku di masa silam. Senjata Tradisional Kalimantan Timur
20. Senjata Tradisional Kalimantan
Timur
Mandau sebetulnya dikenal dalam
budaya masyarakat Dayak, baik yang bermukim di Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara. Akan tetapi bagi masyarakat
Nusantara, senjata ini telah dikenal sebagai senjata tradisional Kalimantan
Timur. Mandau adalah senjata berupa parang bergagang tanduk rusa dengan satu
sisi bilah tajam. Di bagian bilah yang tumpul, Mandau umumnya dilengkapi dengan
ukiran-ukiran etnik atau lubang-lubang yang ditutup tembaga atau kuningan
sebagai pamornya. Mandau umumnya dilengkapi dengan sarung bilah yang terbuat
dari kayu dan dihiasi ukiran-ukiran etnik. Sarung bilah ini disebut dengan
istilah Kumpang. Selain ukiran, kumpang umumnya juga akan dihiasi dengan
anyaman rotan sebagai tali saat dikenakan di pinggang pemakainya. Senjata
Tradisional Kalimantan Utara
21. Senjata Tradisional Kalimantan
Utara
22. Senjata Tradisional Sulawesi
Selatan
Masyarakat suku Bugis, Makassar, dan
Mandar di Provinsi Sulawesi Selatan mengangkat Badik atau badek sebagai senjata
tradisionalnya. Badik adalah pisau bermata tunggal yang bentuknya asimetris
seperti keris dengan bilah berhias pamor. Dahulu, Badik digunakan para petani
untuk berburu atau membunuh hewan hutan yang merusak tanamannya. Pada
perkembangannya, ia juga digunakan sebagai sarana perlindungan diri bagi mereka
yang sering merantau. Seperti diketahui, orang Bugis adalah orang yang dikenal
sangat gemar merantau. Dengan menyematkan badik di pinggangnya, mereka akan
merasa terlindungi meski masuk ke wilayah kampung yang asing. Sebagai senjata
tradisional Sulawesi Barat, Badik sendiri ada beberapa jenis, di antaranya
Badik Raja, Badik Lagecong, Badik Luwu, dan Badik Lompo Battang. Senjata
Tradisional Sulawesi Barat
23. Senjata Tradisional Sulawesi
Barat
Sulawesi Barat adalah provinsi
pecahan Sulawesi Selatan yang terbentuk sejak tahun 2000 silam. Provinsi ini
dihuni oleh masyarakat suku Mandar dan Bugis sebagai entitas terbesarnya. Oleh
karena itu, budaya masyarakat provinsi ini juga tidak jauh berbeda dengan
budaya masyarakat Sulawesi Selatan. Salah satu buktinya adalah kepopuleran
Badik sebagai senjata tradisionalnya. Badik Sulawesi Barat dan Badik Sulawesi
Selatan tidak memiliki perbedaan signifikan, baik dari segi bentuk, hiasan,
maupun dari nilai fungsi yang dimilikinya. Senjata Tradisional Sulawesi Tengah
24. Senjata Tradisional Sulawesi
Tengah
Senjata tradisional yang berasal
dari Sulawesi Tengah bernama Pasatimpo. Pasatimpo adalah senjata tikam sejenis
keris dengan bagian tangkai pegangan yang bengkok ke bawah. Dahulu, Pasatimpo
memiliki banyak kegunaan, misalnya untuk memotong hewan buruan, mencari kayu
bakar, atau sebagai sarana perlindungan diri. Selain itu, karena dipercaya
memiliki kekuatan magis, ia juga digunakan sebagai pengusir roh jahat dalam
tari-tarian penyembuh. Kini, seiring kemajuan zaman, Pasatimpo cenderung lebih
sering digunakan sebagai aksesoris pakaian adat. Para penari tradisional
menggunakannya dengan mengikatkan senjata tersebut di pinggang kirinya. Senjata
Tradisional Sulawesi Tenggara
25. Senjata Tradisional Sulawesi
Tenggara
Orang-orang suku Buton di Sulawesi
Tenggara mengenal Keris sebagai senjata tradisionalnya. Keris Buton memiliki
kesamaan bentuk dan fungsi seperti keris pada umumnya. Akan tetapi, senjata
khas Sulawesi Tenggara ini lebih kental dengan ornamen warna keemasan. Selain
itu, tambahan pamor pada bilahnya juga cukup banyak dengan pola geometris. Pada
bagian pegangan yang terbuat dari kayu, keris ini dilengkapi dengan ukiran
berbentuk manusia. Keris Buton dulunya hanya dikenal oleh kalangan kerajaan, namun
kini ia lebih sering digunakan sebagai aksesoris yang mempercantik tampilan
seorang pengantin pria saat mengenakan pakaian adat. Senjata Tradisional
Sulawesi Utara
26. Senjata Tradisional Sulawesi
Utara
Masyarakat suku Sangihe di Sulawesi
Utara mempunyai senjata tradisional yang bernama pedang Bara Sangihe. Senjata
ini terbilang unik karena bentuknya yang menyerupai bentuk buaya. Bagian ujung
bilah pada pedang ini bercabang dengan gerigi-gerigi yang menyerupai mulut
buaya. Ujung yang bercabang juga terdapat di bagian tangkai pegangannya yang
terbuat dari kayu. Pedang Bara Sangihe dulunya adalah senjata yang digunakan
salah satu pahlawan Nasional dari Sulawesi Utara, yaitu Hengkeng U Nang.
Pahlawan yang lahir di tahun 1590 ini dikenal sebagai seorang yang mahir
memainkan pedang. Pedang Bara Sangihe sendiri diyakini mulai ada pada zamannya.
Senjata Tradisional Gorontalo
27. Senjata Tradisional Gorontalo
Senjata
tradional Gorontalo bernama Wamilo. Wamilo adalah sebuah senjata yang bentuknya
menyerupai golok, tapi ujung bilahnya agak melengkung sedikit ke arah bawah.
Senjata ini biasanya diselipkan pada pria pada sarung yang dikenakan
dipinggangnya. Ia hanya digunakan sebagai sarana perlindungan diri saat bekerja
di kebun atau saat berburu di hutan. Selain Wamilo, terdapat beberapa senjata
tradional lainnya dari masyarakat Gorontalo yaitu Bitu’o (sejenis keris),
Badik, Sabele (sejenis parang), dan Travalla.
28. Senjata Tradisional Maluku
28. Senjata Tradisional Maluku
Masyarakat
Maluku secara umum mengangkat Parang Salawaku sebagai senjata tradisionalnya.
Senjata ini adalah sebuah senjata yang terdiri atas sebilah pisau panjang
(parang) dan sebuah perisai (salawaku). Parang terbuat dari besi sepanjang 1
meter yang ditempa dengan gagang dari kayu gapusa. Sementara Salawaku terbuat
dari kayu keras dengan hiasan etnik dari kulit kerang. Di masa silam, Parang
Sawalaku digunakan sebagai alat perang. Namun, seiring perkembangan zaman, ia
kini hanya digunakan sebagai aksesoris penari Cakalele sebagai perlambang
kegagahan dan kekuatan para pria. Parang Salawaku dapat kita temukan pada logo
Pemerintah Provinsi Maluku. Bagi masyarakat Maluku, senjata mereka ini
merupakan simbol kemerdekaan rakyat Senjata Tradisional Maluku Utara
29.
Senjata Tradisional Maluku Utara
Maluku
Utara adalah provinsi yang baru memecahkan diri dari Provinsi Maluku pada tahun
2002 silam. Secara demografis, masyarakat Maluku utara memiliki kedekatan
budaya dengan masyarakat provinsi Maluku. Oleh karena itu, senjata tradisional
yang diangkat sebagai ikon budaya provinsi ini juga sama, yaitu Parang
Salawaku. Parang Salawaku khas Maluku Utara tidak memiliki perbedaan yang
spesifik dengan Parang Salawaku Maluku, baik dari segi bentuk, fungsi, maupun
penggunaannya. Senjata Tradisional Bali
30.
Senjata Tradisional Bali
Masyarakat
Provinsi Bali mengenal banyak sekali jenis senjata tradisional, di antaranya
Keris, Tombak, Tiuk, Taji, Kandik, Caluk, Arit, Udud, Gelewang, Trisula, Panah,
Penampad, Garot, Tulud, Kis-Kis, dan lain sebagainya. Namun di antara banyak
senjata tersebut, yang paling unik dan indah adalah Keris Bali. Secara
struktur, keris Bali memiliki kesamaan dengan keris pada umumnya. Hanya saja,
pada senjata ini kita dapat menemukan beragam ukiran baik pada bilah, gagang,
maupun pada sarung bilah atau carangkanya. Ukiran-ukiran tersebut bisa berupa
bentuk dewa, raksasa, pedande (pendeta), penari, dan bentuk pertapa hutan.
Bahkan, kita juga dapat menemukan keris Bali dengan tahta emas dan batu mulia.
Senjata Tradisional Nusa Tenggara Barat
31.
Senjata Tradisional Nusa Tenggara Barat
Orang-orang
suku Sasak di Provinsi Nusa Tenggara Barat mengenal senjata tradisional yang
bernama Tulup. Tulup adalah senjata yang serupa dengan sumpit tapi ukurannya
lebih panjang. Senjata tradisional ini biasa digunakan oleh orang-orang suku
Sasak untuk berburu. Tangkai panjangnya terbuat dari kayu meranti sementara
ancar atau pelurunya terbuat dari lidi pelepah pohon enau yang diruncingi di
satu ujungnya. Untuk mengefektifkan perburuan, pada ujung ancar biasanya akan
diolesi racun mematikan yang diperoleh dari getah pohon tatar. Senjata
Tradisional Nusa Tenggara Timur
32.
Senjata Tradisional Nusa Tenggara Timur
Masyarakat
Nusa Tenggara Timur, khususnya suku Atoni dan suku Sumba mengenal Sundu atau
Sudu sebagai senjata tradisionalnya. Senjata ini adalah sebuah senjata semacam
keris tapi memiliki lekukan yang sangat sedikit dengan sudut yang tumpul. Sundu
termasuk senjata tikam dan hanya digunakan untuk menyembelih hewan buruan.
Selain Sundu, masyarakat NTT juga mengenal beragam senjata tradisional lainnya
yang antara Parang, Saweo, Kampak, Pisau, dan Senapan Tumbuk. Senjata
Tradisional Papua Barat
33.
Senjata Tradisional Papua Barat
Senjata
tradisional Papua Barat adalah Pisau Belati. Tidak seperti pisau belati yang
biasanya kita kenal, pisau Belati yang menjadi senjata tradisional Papua Barat
ini terbilang sangat unik. Jika biasanya belati terbuat dari tempaan logam,
pisau belati Papua Barat ini justru terbuat dari tulang kaki burung kasuari.
Tulang kaki burung kasuari dipilih karena strukturnya yang kompak dan keras
sehingga sangat awet dan tak mudah melapuk. Pisau belati Papua Barat di bagian
pangkal pegangannya umumnya juga dihiasi dengan bulu burung kasuari. Senjata
Tradisional Papua
34. Senjata Tradisional Papua
Dalam perang antar kampung yang
hingga kini masih sering berlangsung antar penduduk Papua, kita bisa menemukan
sebuah senjata khas yaitu Panah dan Busur. Anak panah terbuat dari bambu dengan
mata tulang kangguru, sementara busurnya terbuat dari bilah bambu dengan tali
rotan sebagai tali busurnya. Untuk meningkatkan efektifitas serangan, mata
panah biasanya akan dioles dengan racun alami yang diambil dari getah pohon
sembaru. Panah dan Busur adalah sepasang senjata utama yang selain digunakan
untuk berperang, juga dapat dipakai sebagai senjata perburuan.
2. Senjata Tradisional
Sumatera Utara
Orang Batak di Sumatera Utara memiliki senjata tradisional yang bernama
Piso Gaja Dompak. Pisau ini adalah sebuah senjata berupa pisau dengan
ukiran penampang berbentuk gajah pada bagian tangkai senjatanya. Piso
Gaja Dompak dahulunya digunakan secara terbatas pada kalangan raja-raja
Batak dan mulai ada sejak masa kepemimpinan Raja Sisingamaraja I.
Kekuatan supranatural yang diyakini dimiliki oleh pisau ini membuat ia
tidak dibuat secara masal dan hanya diwariskan secara turun temurun.
Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/08/senjata-tradisional-indonesia-nama-gambar-dan-asalnya.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.
Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/08/senjata-tradisional-indonesia-nama-gambar-dan-asalnya.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.
1. Senjata Tradisional
Aceh
Senjata tradisional Aceh bernama Rencong atau dalam bahasa setempat
disebut Rintjong. Rencong adalah sebilah pedang pendek dengan gagang
atau pegangan yang dibuat melengkung 90 derajat. Senjata tradisional ini
telah ada semenjak masa Kesultanan Aceh pada kepemimpinan sultan
pertamanya yakni Sultan Ali Mughayat Syah. Dahulunya rencong digunakan
sebagai alat perlindungan diri bagi para pria bangsawan. Namun, kini ia
lebih berfungsi sebagai pelengkap hiasan pakaian adat Aceh Ulee Balang.
Karena kepopuleran Rencong, terkadang masyarakat dunia bahkan sampai
menjuluki Aceh dengan sebutan "Tanah Rencong".
Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/08/senjata-tradisional-indonesia-nama-gambar-dan-asalnya.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.
Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/08/senjata-tradisional-indonesia-nama-gambar-dan-asalnya.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.
1. Senjata Tradisional
Aceh
Senjata tradisional Aceh bernama Rencong atau dalam bahasa setempat
disebut Rintjong. Rencong adalah sebilah pedang pendek dengan gagang
atau pegangan yang dibuat melengkung 90 derajat. Senjata tradisional ini
telah ada semenjak masa Kesultanan Aceh pada kepemimpinan sultan
pertamanya yakni Sultan Ali Mughayat Syah. Dahulunya rencong digunakan
sebagai alat perlindungan diri bagi para pria bangsawan. Namun, kini ia
lebih berfungsi sebagai pelengkap hiasan pakaian adat Aceh Ulee Balang.
Karena kepopuleran Rencong, terkadang masyarakat dunia bahkan sampai
menjuluki Aceh dengan sebutan "Tanah Rencong".
Senjata Tradisional Sumatera Utara
2. Senjata Tradisional Sumatera Utara
Orang Batak di Sumatera Utara memiliki senjata tradisional yang bernama
Piso Gaja Dompak. Pisau ini adalah sebuah senjata berupa pisau dengan
ukiran penampang berbentuk gajah pada bagian tangkai senjatanya. Piso
Gaja Dompak dahulunya digunakan secara terbatas pada kalangan raja-raja
Batak dan mulai ada sejak masa kepemimpinan Raja Sisingamaraja I.
Kekuatan supranatural yang diyakini dimiliki oleh pisau ini membuat ia
tidak dibuat secara masal dan hanya diwariskan secara turun temurun.
Senjata Tradisional Riau
3. Senjata Tradisional Riau
Masyarakat Melayu Riau memiliki senjata tradisional yang bernama Pedang
Jenawi. Pedang ini adalah sebuah pedang panjang yang bilahnya terbuat
dari baja. Bentuk bilahnya sendiri lurus dan meruncing di bagian
ujungnya.
Pedang Jenawi dulunya digunakan para panglima perang Kerajaan Sriwijaya
sebagai sarana perlindungan diri dan alat menyerang lawan. Keberadaannya
kini mulai langka, padahal semakin banyak kolektor senjata tradisional
yang selama ini terus memburunya.
Selain Pedang Jenawi, sebetulnya ada beberapa senjata tradisional Riau
lainnya yang tak kalah unik. Di antaranya yang tergolong senjata pendek
seperti jembia, beladau, belati, keris, badik, dan sabit; serta senjata
panjang seperti kojou, tombak, seligi, dan sundang.
Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/08/senjata-tradisional-indonesia-nama-gambar-dan-asalnya.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.
Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/08/senjata-tradisional-indonesia-nama-gambar-dan-asalnya.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.